Jumat, 29 Maret 2013

this is such a random feeling

Aku terbangun dari tidur siang panjangku jam 7 malam

---
Buka mata. Sepi. Sendirian.
Ah pantas, besok libur Paskah, dan semua orang pulang ke rumah masing-masing.
Aku? Menetap di sini.
Entah apa yang mendorong rasa gelisah dan sedih ku keluar, meneteslah satu per satu air mataku. Saat aku ingin menahannya, ah aku lapar! Aku ajak teman-teman untuk makan malem bareng dan sebagian besar menjawab ‘yah aku baru aja makan’ and hell yeah! Aku menangis.
Nggak jelas apa alas an sebenarnya aku menangis.
Kangen rumah.
Kangen Erick.
Kangen Bapak, Ibu, Zsazsa.
Kangen keluarga.
Kesepian di sini.
Capek.
Lelah.
Terlalu banyak yang ingin aku lakukan malah membuatku tidak melakukan apa-apa.
Aku menangis seperti orang gila!
Setelah sekian lama, pertahananku goyah. Benteng yang selama ini tempatku bersembunyi memalsukan senyum roboh. Aku keluarkan semua tekanan yang kualami akhir-akhir ini.
Sendirian. Di kamar kost. Menangis.
Gila? Aku memang gila.
Tapi dengan menangis membuat perasaan dan suasana hatiku jauh lebih baik, lebih lega :’)
Menahan suatu perasaan itu boleh, namun jika ditahan terlalu lama, akan tak terbendung lagi seperti tangis yang kukeluarkan.
Aku malam ini menangis keras, tidak seperti biasanya.

Senin, 25 Maret 2013

Sendi(ri)



Aku sendiri
Menulis
Dalam laraku yang tak terobati
Dalam tangisku yang tak terbendung
Dalam kesahku yang tak kunjung sirna
Aku sendiri
Mencoba merenungi setiap detik lajunya kehidupan
Dalam gaduhnya hujan yang turun
Dalam sayup-sayup syair adzan nan indah
Aku sendiri
Mencoba memahami diriku sendiri
Bahwa kenyataan memang kadang terasa pahit
Saat fiksi yang melayang-layangkan harapan hati lalu menghempaskannya kembali dalam realita
Aku sendiri
Dengan kepahitan
Dan ini sungguh menyakitkan
Bahwa setiap sekon berhargaku terbuang sia-sia entah untuk  apa
Bahwa aku takkan pernah tau kapan aku akan meninggalkan semua ini
Aku sendiri
Mencoba mencerna apa yang sebenarnya aku inginkan
Lembar demi lembar baru kehidupanku dengan mudahnya tersibak
Lalu kusut
Aku  sendiri
Aku tak ingin lembaran tak terbeli itu hanya kusut dan tertinggal di tumpukan paling bawah
Lembaran lampau yang tak seorangpun dapat  tahu sebagaimana rinci kenangan itu
Aku sendiri
Hanya seorang remaja
Pecinta, penyuka, dan pengagum
Tak hanya itu
Aku yang sendiri ini
Adalah seorang pemaham 

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS_tKNz5p_TedB-Pb6Q23pl0nA0pRDZBB4xZUEilqrMIz-pQkoYWA

Hectic....?

*come back detected*


Hai, lama tak bersua :’)

Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya bahwa sekarang aku sudah bertitel mahasiswa.
Bicara tentang hidup, walaupun aku masih sangat muda dan sepertinya belum pantas membicarakan tentang hidup, namun, tak ada salahnya kan setidaknya aku menulis hidup yang sedang aku jalani.
Menjadi mahasiswa tingkat 1, baru tingkat 1 loh, tapi banyaaakk banget pelajaran yang udah aku dapetin di tempat baru ini. Mendapat ‘keluarga’ baru tentu saja dan merasakan hectic-nya menjadi mahasiswa semester 2 yang lagi seneng-senengnya sama kegiatan ini itu, nongkrong sana sini, tugas menggungung yg ngerjainnya pasti SKS :). Ya inilah mahasiswa tingkat 1, masih cinta-cintanya sama title baru yang disandangnya. Baru-baru ini malah sedang antusias dengan dunia perfilm-pendekan. 

Nah, passion berubah lagi, labil kan. Padahal dari dulu-dulu aku merasa kalo passion aku ada di music, namun roda berputar, segala yang tak mungkin menjadi mungkin, antusiasmeku berpindah tempat, mungkin pengaruh lingkungan juga kali ya.

Beberapa bulan lagi penjurusan pula, masih bingung mau masuk mana di antara Jurnalistik, Public Relation, atau Manajemen Komunikasi. Sejauh ini passion aku, atau sebut sajalah antusiasmeku berada di bidang jurnalisme yang katanya, keras di lapangan. Tapi passion bisa saja berubah kan? Saat ini mungkin kalo ditanya “mau masuk apa ntar semester 3, Ta?” aku masih akan menjawab “Jurnalistik, insya Allah” tapi kalau sudah ditanya “yakin, Ta?” aku hanya bisa menjawab “insya Allah, doakan saja”. Apa bisa dikata? Dibilang yakin, sih, gimana, aku belum sepenuhnya yakin sejujurnya. Tapi ya tadi itu, antusiasmeku sedang betah di dunia jurnalisme, yang bahkan aku saja belum, BELUM terjun di dalamnya. Orang bisa berpikir ini itu tentang pilihan ‘sementara’ku itu, tapi aku yang memilih dan aku yang mengetahui.

Sekarang aku sedang dihadapkan dengan masalah manajemen waktu dan mengatur diri sendiri. Banyak yang bilang ‘kalo mengatur diri sendiri saja nggak bisa, gimana mau ngatur orang lain, ntar?’. Nah aku nggak tau harus jawab apa kalo di sodorin kalimat seperti itu. Ya ini aku, teledor, ceroboh, tulalit. Mau tidak mau harus mau aku harus mengubah itu semua jika mau kehidupan yang lebih baik. Untuk sekarang ini aku ingin memulai dengan pembagian waktu kuliah, megerjakan tugas, 3 kegiatan kampus, dan main/nongkrong sama temen-temen yang semuanya menurut saya penting dan punya prioritas. Dan hanya aku lah yang bisa menentukan prioritasku sendiri. Eh, sebentar, main? Nongkrong? Penting? Menurut saya, IYA! Nongkrong itu penting, sebagai penetralisir suasana hati dan otak setelah disibukkan dengan hingar-bingar kampus dan segala isinya dengan mungkin hanya sekedar ngobrol atau makan bareng temen-temen. Sangat berguna menurut saya. Jadi yang namanya hidup itu harus seimbang, biar nggak monoton kita harus lah minimal bersosialisasi :)

Sekian dulu ya, mau bikin Director’s Statement nih, padahal saya bukan sutradara dan sutradaranya entah lari kemana, mungkin lari dari kenyataan :) bye…..
 
© Copyright 2035 I YOU THEY WE
Theme by Yusuf Fikri