Setiap pertemuan selalu ada
perpisahan
Setidaknya itulah yang terjadi pada hidup kita sehari-hari. Kita
bertemu, bertukar sapa, bercanda, berteman, bersahabat, bersama, berbagi tawa
dan tangis, bersama berjuang menembus asa,
menjadi dewasa bersama, lalu kita dihadapkan oleh sebuah perpisahan. Ya,
sebuah perpisahan yang kadang menyakitkan dan menuai tangis.
Setidaknya itulah yang saya alami akhir-akhir ini saat saya melepas
status saya sebagai pelajar. Saya yang semasa SMA tinggal di asrama bersama
teman-teman sekolah saya, tinggal satu atap bersama mereka. Mengahbiskan setiap
sekon waktu yang saya punya bersama mereka. Menjadikan saya rapuh saat saya
dihadapkan dengan kata perpisahan dengan mereka. Mereka adalah hal yang
terindah yang pernah saya miliki, dan mereka adalah bagian dari keseharian
saya, bagian dari hidup saya.
Bersama mereka saya belajar, belajar untuk berbagi, belajar untuk
menghargai, belajar untuk tidak egois, belajar untuk toleransi, belajar
bagaimana perbedaan itu dapat menyatukan kami semua, belajar bagaimana
bekerjasama dalam mengahadapi masalah, dan belajar bagaimana masalah-masalah
yang timbul dapat menjadikan kami lebih dewasa.
Disaat saya memutuskan untuk belajar di instansi swasta tersebut, saya
telah keluar dari area comfort zone
saya, dan saya telah menemukan kembali zona nyaman saya yaitu saat-saat saya
bersama teman-teman saya. Seakan saya telah menemukan rumah kedua untuk
keluarga kedua saya. Saya merasa kebahagiaan dan kenyamanan yang tidak bisa
tergantikan saat saya bersama mereka.
Namun seperti yang saya tulis sebelumnya, cepat atau lambat perpisahan
itu akan menemui kita tanpa permisi. Dan itu sungguh sungguh membuat kami semua
sedih. Disaat kerinduan yang mendalam terhadap sahabat-sahabat kita dating dan
kami semua telah terpisah oleh jarak, itu membuat kami semua sedih. Walaupun di
era globalisasi ini teknologi semakin canggih dan memudahkan kami untuk
berkomunikasi, namun tetap saja, kurang meresap jika belum bertemu secara
langsung dan bertukar peluk persahabatan kami.
Dan tanpa saya sadari, saya telah kembali keluar dari area comfort zone saya. Dan itu berarti saya
harus kembali bertualang menemukan zona nyaman saya lagi. Dan secara tidak
langsung perpisahan telah membimbing kami kepada satu tahap kedewasaan. Dan
saya sadar, semua ini direncanakan oleh Tuhan agar kita menjadi lebih baik
nantinya, agar kita dapat belajar banyak hal yang belum kita pelajari di luar
sana. Dan saya berharap perpisahan ini adalah awal dari sebuah pertemuan yang
baru, menjadi awal yang indah bagi segalanya, bagi hidup kami semua. Amiin.
Cheers♥
0 komentar:
Posting Komentar
free talk!